Sunday, January 16, 2005

Arab Saudi Hibahkan Rp4,8 Triliun untuk Aceh

JAKARTA (Media): Rakyat dan pemerintah Arab Saudi menyumbang US$530 juta (sekitar Rp4,8 triliun) untuk korban gempa dan gelombang tsunami di Aceh dan Sumatra Utara.

Semua sumbangan itu berbentuk hibah.
Dari total hibah itu, sebesar US$280 juta berupa uang tunai yang
terdiri dari sumbangan masyarakat sebesar US$250 juta dan dari
pemerintah Kerajaan Arab Saudi sebesar US$30 juta. Sementara US$250 juta sisanya berbentuk makanan, obat-obatan, selimut, dan alat-alat kedokteran.
"Semua sumbangan itu merupakan hibah (pemberian), bukan utang yang harus dibayar. Sumbangan berupa hibah ini tentu saja lebih baik daripada sumbangan yang berupa utang. Karena utang ini di kemudian hari akan menjadi beban masyarakat Indonesia. Meskipun utang itu bersifat pinjaman lunak (soft loan), rakyat Indonesia tetap harus membayarnya," ungkap Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin seusai pertemuan antara MUI dan 17 duta besar negara-negara Islam di Jakarta, kemarin.
Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengemukakan bahwa sebaiknya bantuan luar negeri untuk korban gempa dan tsunami berbentuk hibah, bukan pinjaman. Pemerintah, kata Presiden, menghindari adanya pinjaman (utang) baru untuk proses pemulihan Aceh pascagempa dan tsunami.
Menurut Din, sumbangan sebanyak itu baru dari satu negara, yakni
Arab Saudi. Beberapa negara Timur Tengah lainnya pun berkomitmen untuk membantu masyarakat korban bencana di Aceh dan Sumut. Bahkan IDB (Islamic Development Bank) akan mengucurkan dana sebesar US$300 juta. Hal ini, kata Din, menunjukkan bahwa solidaritas di antara negara-
negara Islam terjalin sangat erat.

"Jadi, sesungguhnya negara-negara Islam memiliki komitmen yang
sangat kuat untuk membantu masyarakat korban gempa. Besarnya bantuan ini bisa diartikan sebagai sangkalan terhadap opini yang berkembangbahwa bantuan dari negara-negara Islam sangat kecil. Ini terjadi akibat kurangnya publikasi."
Oleh sebab itu, sambung Din, yang tidak boleh diabaikan oleh kita
adalah pada proses pengawasan. Artinya, semua sumbangan bagi korban gempa dan tsunami, baik yang berasal dari negara-negara Islam maupun negara lainnya harus dilakukan secara transparan. Dengan demikian, akan menghilangkan kecurigaan dari berbagai kalangan terhadap pemerintah. "Pemerintah harus transparan menjelaskan semua sumbangan yang masuk ke Indonesia. Sebab, sumbangan itu adalah amanah yang harus disampaikan kepada para korban sebagai pihak yang berhak," tegas Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta ini.

Tim rehabilitasi dan rekonstruksi
Sementara itu, sebagai upaya rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh dan Sumatra Utara pascagempa dan tsunami, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah membentuk Tim Perencanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh dan Sumut. Tim ini bertugas mendampingi Pemerintah Provinsi (Pemporv) Nanggroe Aceh Darussalam dan Pemprov Sumut dalam mengoordinasikan penyusunan rehabilitasi dan rekonstruksi di kedua wilayah tersebut.
Tim beranggotakan pejabat atau staf dari instansi pemerintah terkait di tingkat pusat dan dibantu beberapa tenaga ahli relawan dari lembaga internasional, baik yang bersifat multilateral maupun
bilateral. Ada lima kegiatan yang akan dilakukan oleh tim ini dalam
waktu dekat.
Kegiatan itu, yakni mengevaluasi data kerusakan fisik dan nonfisik
dari berbagai sumber; memadukan rencana rehabilitasi dan
rekonstruksi dari berbagai instansi; menampung masukan dari tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh budaya, LSM, cendekiawan, kelompok profesi, serta perguruan tinggi untuk menjaring aspirasi dan harapan masyarakat.
Tim juga menyusun kebutuhan biaya rehabilitasi dan rekonstruksi.
Selain itu, tim juga merumuskan langkah-langkah awal pelaksanaan di lapangan termasuk penyaluran pembiayaan, pengawasan, dan organisasi pelaksana rekonstruksi. Laporan tim, antara lain akan menjadi masukan untuk sidang Consultative Group on Indonesia (CGI) pada 18 Januari mendatang. (Dud/E-1)

Saturday, January 15, 2005

Bantuan negara muslim vs. bantuan Amerika cs.

Jangan kita kira bahwa negara Arab (Negara Islam) adalah negara yang kikir. Menurut sumber Koran Tempo negara Arab adalah negara yang memberi bantuan terbesar bagi korban Tsunami di Aceh.
Tidak seperti Australia, Jepang, Amerika dll, negara Arab memberikan bantuan 100% murni,bukan berupa pinjaman lunak jangka panjang.

Menurut data Koran Tempo 13-01-2004 bantuan
terdiri dari :
- Hibah Raja Fahd bin Abdul Aziz US$ 30 Juta
- Hibah dari masyarakat Arab Saudi US$ 250 Juta
- Bantuan tanggap darurat US$ 250 Juta
- Serta dari Bank Pembangunan Islam US$ 300
Juta

Menurut Juru bicara Departement Luan Negeri Yuri
Oktavian Thamrin menegaskan "Tidak seperti negara lain, mereka (negara Arab)
memberikan bantuan tanpa publikasi. Semua Cash (tunai). Hanya mereka silence(diam-
diam) tidak di publikasikan, tidak seperti negara lain
yang hanya menyerahkan tiga kotak kecil obat-obatan, tapi minta disorot media TV" ujarnya.

Jadi jangan kita anggap bahwa negara Arab adalah
negara kaya yang kikir. Semua bantuan yang diberikan oleh Australia,
Jepang, Amerika dll adalah sebuah pinjaman yang harus dibayar oleh pemerintah Indonesia (PLUS BUNGANYA!) . Apakah itu dapat disebut dengan bantuan...??!!??

Tuesday, January 11, 2005

Suripto: Kehadiran Militer Asing di Aceh Perlu Dibatasi

Suripto: Kehadiran Militer Asing di Aceh Perlu Dibatasi

Untuk menghindari kecurigaan dan agenda tersembunyi, pemerintah diminta memberikan batas yang jelas sampai kapan militer asing beroperasi di bumi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)

Pernyataan ini disampaikan oleh Ketua Komite Kemanusiaan untuk Aceh (KKIA), Suripto, Pjs Presiden Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera (DPP PKS), Tifakul Sembiring, dan beberapa anggota dewan dari Komisi I DPR RI di Jakarta, Senin (10/1).

Menurut Suripto, kehadiran militer asing perlu dibatasi hanya satu bulan setelah masa evakuasi selesai. 'Setelah itu biarkan tim relawan internasional lain di bawah komando Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan relawan dalam negeri sendiri yang aktif bekerja di sana,' kata Suripto.

Menurut dia, pembatasan kehadiran militer asing di Aceh perlu dilakukan mengingat banyak contoh di banyak negara seperti Bosnia dan Irak, di mana militer asing itu kerap membawa agenda terselubung.

Apalagi secara geopolitik Aceh sangat strategis dan kaya akan sumber alam. Sudah lama negara-negara besar seperti Amerika Serikat (AS) ingin campur tangan dalam mengamankan Selat Malaka dari ancaman terorisme dan perompakan. ...selengkapnya...

Monday, January 10, 2005

Konflik RI-GAM Harus Dibawa ke Dunia Internasional

Konflik RI-GAM Harus Dibawa ke Dunia Internasional
Berikut salah satu yang berniat mengail di air keruh, memperjuangkan perpecahanIndonesia:

....Pertempuran yang masih terjadi antara militer RI dan GAM akan memperburuk situasi Aceh saat ini, termasuk mengundang kecaman internasional. Untuk itu diperlukan ruang untuk duduk bersama dan selanjutnya dibicarakan pada wadah pertemuan internasional.

Hal ini disampaikan oleh analisis senior dari Conflict Transformation Service Deisy Ronnie, di sela seminar internasional agama dan konflik di Hotel Jakarta, Jl. Ir. H Juanda, Bandung, Senin (10/1/2005).

"Saya rencananya akan membawa kembali diskusi isu keamanan Aceh pasca tsunami ini ke dunia international," ujar Deisy. Conflict Transformation Service adalah lembaga konsultan di Swedia yang bekerja memberikan rekomendasi pada komisi Eropa.....selengkapnya...

Usaha men"Timor-timur"kan Aceh??

Bantuan Kemanusiaan yang Minus Publikasi

Bantuan Kemanusiaan yang Minus Publikasi:
Laporan: Damanhuri Zuhri
Batam-RoL
-- Diam-diam bantuan kemanusiaan dari masyarakat dan pemerintah Arab Saudi sudah masuk ke Indonesia, tepatnya di Bandara Hang Nadim Batam Kepulauan Riau sejak 6 Januari lalu.

Tepatnya ketika sejumlah kepala negara termasuk Sekjen PBB Kofi Annan bertemu dalam KTT Tsunami di Jakarta Convention Center (HCC) Kamis (6/1). Bantuan kemanusiaan dari salah satu negara Islam ini memang sepi publikasi dan sorotan kamera sangat berbeda dengan bantuan dari negara Barat yang kaya akan publikasi.

Bantuan dalam bentuk makanan, obat-obatan, selimut, karpet dan lainnya itu diangkut pesawat Arab Saudian Cargo dengan jenis pesawat MD 11. Ahad pagi kemarin, bantuan dari masyarakat dan pemerintah Arab Saudi tersebut diserahkan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Abdullah
Abdulrahman 'Alim dan diterima Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) Ismeth Abdullah. Menurut rencana bantuan serupa bakal datang 11 dan 13 Januari mendatang di Batam dan beberapa kali di Medan sehingga mencapai 1000 ton.... ...selengkapnya...

Ada Penataan Lanud Iskandar Muda, MMI Diusir

Ada Penataan Lanud Iskandar Muda, MMI Diusir:
Laporan: Muhamad Nurcholis
Jakarta-RoL --
Kepala Satgaspen Operasi Kemanusiaan Aceh sekaligus Kepala Dinas Penerangan Umum Mabes TNI, Kolonel Achmad Yani Basuki mengaku belum menerima laporan TNI AU menyangkut tudingan pengusiran relawan MMI dari Lanud Iskandar Muda, Banda Aceh.

Kendati demikian, dia memperkirakan pengusiran ini terkait dengan penataan manajemen bandara Iskandar Muda yang sekarang sangat besar mobilitasnya. Lalulintas penerbangan melalui Lanud Iskandar Muda cukup padat, dan terjadi penumpukan logistik maupun jadwal penerbangan yang padat. ''Jadi memang ada penataan,'' ujarnya kepada /Republika/ menyangkut tuduhan pengusiran relawan MMI dari Banda Aceh, kemarin (10/1).

Dalam rangka penataan inilah kata Yani, TNI AU sebagai penanggungjawab pangkalan udara, meminta para relawan MMI meninggalkan Iskandar Muda. Ini tidak terkait dengan tekanan dari pihak manapun, termasuk dari AS. Para relawan MMI, kata Yani, juga tidak salah karena sebenarnya mereka memiliki kepedulian dan dedikasi tinggi dalam membantu korban bencana di Aceh. Para relawan MMI itu menurutnya, menempati posko yang ada di Lanud Iskandar Muda. Posisi mereka berada di pinggir-pinggir lapangan terbang.

Departemen Data dan Informasi MMI, Fauzah Al Anshari, mengakui pengusiran itu dilakukan usai sholat Maghrib. Sejumlah anggota TNI AU mendatangi posko MMI. Mereka memberi waktu 30 menit untuk menginggalkan Lanud Iskandar Muda.

Kepala Dinas Penerangan Umum Mabes TNI AU, Marsma Sagom Tamboen, juga belum mengetahui masalah itu. Dia sendiri berharap agar terjadi koordinasi yang baik antara semua elemen bangsa termasuk MMI dalam menangani masalah Aceh ini. TNI AU, paparnya, telah mengerahkan sekitar 1.630 personelnya untuk Aceh. Mereka terdiri dari para awak pesawat dan para pendukungnya seperti pasukan khas (Paskas) TNI AU.

Sunday, January 09, 2005

Kisah seorang korban bencana

Sumber: Radio Nederland


...Seorang korban bencana yang saat ini berada di kota Tebing Tinggi, Intan Muwaini, 49, seperti yang dituturkan adiknya H. Rahmad Suprapto SH menceritakan pengalamannya, meninggalkan daerah bencana melalui pesawat udara. Kata dia, pada hari Sabtu sore sekitar pukul 17 ia menaiki sebuah pesawat udara yang tidak ada nama maskapai perusahaan itu, walau dari tanda di dalam pesawat, merek perusahaan yang tertinggal masih ada di bandara Sultan Iskandar Muda.

Semula dia harus mengeluarkan kocek 180 ribu tiap orang. Namun sesampainya di ruang tunggu, beberapa petugas pesawat itu menyampaikan, pesawat ini khusus untuk misi kemanusiaan dan tidak dikutip bayaran. Dengan terpaksa dirinya harus mengaku tidak bayar agar dia bisa berangkat. Dia berangkat bersama puluhan pengungsi yang rata-rata mengalami kondisi parah, seperti trauma berat, luka berat dan banyak anak-anak.

Kemudian di atas pesawat para penumpang pun ditawarkan untuk berobat ke mana saja. Bisa berobat ke Penang, Jakarta, Medan atau di kota mana pun dengan biaya yang ditanggung misi kemanusiaan tersebut. Penawaran yang langsung kepada penumpang ini disampaikan jaminan bahwa misi kemanusiaan mereka memiliki fasilitas kesehatan yang lengkap seperti dokter, rumah sakit dan dana.

Dari penawaran ini, kata dia, banyak yang kemudian tertarik dan ikut, tapi ada juga yang menolak. Lalu ketika mendarat di bandara Polonia, Medan malam hari, mereka yang menerima penawaran tersebut sudah ada yang menyambut dan berangkat bersama misi kemanusiaan tersebut ke tempat yang tidak jelas.... selengkapnya...

Kita hanya bisa menduga-duga kemana mereka dibawa pergi.. kalau hal ini bisa terjadi dengan korban dewasa, bagaimana dengan anak-anak yang tidak tahu apa-apa?? semoga Allah swt. melindungi saudara-saudara kita yang sedang ditimpa cobaan di sana. Amien.

Saturday, January 08, 2005

"Bantuan" tanpa pamrih?

Sebelum kita terjebak pada pujian-pujian setinggi langit kepada negara-negara barat yang memberi janji bantuan dalam jumlah besar, dan kritik pedas kepada saudara-saudara seiman kita yang dikatakan lebih pelit dalam membantu saudaranya sendiri, ada baiknya kita perhatikan fakta-fakta berikut:


Janji bantuan untuk gempa Bam di Iran dari negara Barat baru cair setelah 1 tahun terjadinya bencana. Itupun hanya 17,5 juta dollar AS dari 2 milyar dollar yang dijanjikan. (Berita Metro TV, Kamis 6 Januari jam 11 malam)


Jangan terkecoh dengan angka-angka yang besar, kalau diperhatikan detailnya, akan terlihat bahwa yang disebut "bantuan" bisa saja malah lebih memberatkan hidup anak cucu kita nanti:

Daftar bantuan dari negara-negara barat:
Australia AUD 1 miliar (USD 767 juta) hibah dan kredit lunak
Uni Eropa Euro 1,5 miliar (USD 2 miliar) pinjaman
Prancis Euro 23 juta (USD 29,9 juta) pinjaman
Jepang JPY 13 miliar (USD 125 juta) pinjaman
World Bank USD 250 juta pinjaman
ADB USD 150 juta pinjaman
Jerman Euro 500 juta (USD 650 juta) pinjaman
Amerika Serikat USD 130 juta pinjaman
Korsel USD 50 juta pinjaman
Inggris *) USD 180 juta pinjaman dan rescheduling

Seorang Pastur Australia akan Bangun Penampungan Yatim Piatu

Seorang Pastur Australia akan Bangun Penampungan Yatim Piatu
Brisbane-RoL-- Terdorong oleh rasa kemanusiaan setelah melihat penderitaan anak-anak Aceh yang kehilangan orang tua dan sanak-saudaranya, seorang pastur Australia, Chris Riley berencana membangun tenda penampungan buat mereka.

Rencana itu terungkap dalam wawancara khusus Stasiun Televisi Channel 9 dengan sang pastur yang juga pengelola organisasi nirlaba "Youth Off The Streets" Australia itu dalam buletin berita Selasa pagi dari Brisbane.

Menurut Riley yang akan berangkat ke Provinsi Nanggro Aceh Darussalam (NAD) pada 5 Januari 2004, tenda-tenda penampungan sementara bagi para yatim-piatu Aceh ini akan dibangun permanen di masa mendatang selebihnya..

Aceh Mulai Dimasuki Buku-buku Porno

Aceh Mulai Dimasuki Buku-buku Porno
Bencana di Aceh kemungkinan menghadapi masalah-masalah sosial baru, salah satunya adalah ancaman pemurtadan dan masuknya buku-buku porno.

Hidayatullah.Com Demikian dikatakan oleh Dokter Madi Saputra, relawan dari Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) yang sekarang bertugas di Banda Aceh, Minggu (9/1/05)

Berdasarkan temuan dokter Madi Saputra lapangan, di beberapa tempat di Banda Aceh sudah ditemukan buku-buku porno. Masuknya buku porno ini akan mengancam mental masyarakat Aceh, khususnya anak-anak. Selain ini masyarakat Aceh juga menghadapi pemurtadan, akibat kehadiran misionaris yang berkedok sebagai relawan. selebihnya..